Search
Close this search box.

IRADAT NEWS & ARTICLES

Appreciative Inquiry dalam Pengembangan Organisasi – Part 1

Konsep ini pertama kali diungkapkan Cooperrider dan Srivastva (1987). Secara harfiah AI mempunyai arti:

Ap-pre’ci-ate, v., 1. valuing; the act of recognizing the best in people or the world around us; affirming past and present strengths, successes, and potentials; to perceive those things that give life (health, vitality, excellence) to living systems 2. to increase in value, e.g. the economy has appreciated in value. Synonyms: valuing, prizing,esteeming, and honoring.

In-quire’ (kwir), v., 1. the act of exploration and discovery. 2. To ask questions; to be open to seeing new potentials and possibilities. Synonyms: discovery,search and systematic exploration, study. (http://appreciativeinquiry.case.edu/intro/ whatisai.cfm  tgl 5 Mei 2006)

AI adalah suatu paradigma dalam cara berpikir yang menyatakan bahwa manusia sebagai suatu sistem dapat dipimpin untuk berubah dengan menggunakan hal yang positif yang ada dalam dirinya seperti yang dikatakan oleh  Jane M. Watkins dan Bernard Mohr (2001, hal xxxi):

“……. AI leads systems to move toward the generative and create images that reside in  their most positive core – their values, visions, achievements, and best practices.

 Penerapan AI pada organisasi diawali dengan asumsi bahwa apapun yang kita inginkan, sebenarnya sudah tersedia atau sudah ada dalam organisasi. Biasanya bila ingin melaksanakan pengembangan suatu organisasi, kita akan bertanya: ”Apa saja masalah yang kita hadapi?”  Bila menggunakan konsep AI, pertanyaannya akan menjadi : ”Apa yang sudah ada dan sudah berjalan dengan baik disini?”. Dari contoh dua pertanyaan ini, kita bisa melihat perbedaan antara pendekatan yang tradisional dengan pendekatan AI. Tugas seorang konsultan pengembangan organisasi dulu sebagai pencari atau pemeta masalah dan memberi alternatif-alternatif jalan keluar. Pada AI, tugasnya berubah menjadi fasilitator dalam organisasi untuk menemukan kondisi-kondisi yang mendukung prestasi yang excellence dan mendorong agar kondisi-kondisi tersebut menjadi bagian dari kultur organisasi. Jadi disini keseluruhan organisasi mempertahankan yang terbaik yang pernah dilaksanakan dan menggunakannya dengan lebih baik lagi di masa depan. Jane M. Watkins dan Bernard Mohr (2001) mengatakan:

Appreciative Inquiry is an articulated theory that rationalizes and reinforces the habit of mind that moves through the world in a generative frame seeking and finding images of the possible rather than scene of disaster and despair”

Jadi AI lebih melihat pada kemungkinan-kemungkinan (yang positif) daripada kekurangan-kekurangan. Selanjutnya disebutkan bahwa dalam pengembangan organisasi dapat digunakan model ”5-D” yaitu:

  1. Define: proses dimana peserta menyadari adanya kebutuhan pengembangan dan bersiap untuk memasuki proses AI (Comitting to the positive)
  2. Discover: proses dimana peserta bersama-sama mencari kondisi yang terbaik dari pengalaman organisasi (Valuing the Best of What is). Pencarian ini bisa dilakukan dengan misalnya: wawancara berstruktur.
  3. Dream: dalam proses ini semua peserta bersama-sama mencari citra tentang organisasi yang ideal di masa depan (Visioning the Ideal).
  4. Design: pada fase ini organisasi mencoba ’menyelaraskan’ seluruh visi, misi, nilai-nilai dan struktur organisasi dengan bayangan yang ideal tadi. Disini dikembangkan rencana dan tindakan-tindakan nyata yang akan dilakukan (Dialoguing What Should Be).
  5. Destiny: ada juga yang menyebutnya sebagai ”deliver”. Tahapan disini adalah implementasi dari perubahan yang sudah direncanakan. Agar proses dapat berjalan dengan baik, maka konsistensi dari ”who, what, when, where, how” dalam pelaksanaan perubahan harus tetap dijaga. (Innovating What Will Be). (http://www.voyle.com)

 

Gambar  4.  Konsep “5 – D” Appreciative Inquiry

Dikutip dari: A Positive Revolution In Change (1999)

Daftar Isi
Scroll to Top
× Chat Us Available from 09:00 to 17:00